ClickBlog.org SITUS BERITA BLOGER CEWEK RAMADITYA/TUNA NETRA CANGGIH epaper TUTORIAL BLOGER NEWS Buku Sekolah Elektronik CCTV JAKARTA JURAGAN PULSA BURSA KERJA PEMKOT SEMARANG Martin Dougiamas Moodle E-Learning Download music Tabloid keluarga BISNIS ONLINE TERMURAH Make Money With PerformancingAds

Saturday 1 March 2008

OH TUHAN

TUHAN, SADARKAN SUAMIKU
Bang SMS siapa ini Bang
Bang pesannya pake sayang-sayang
Bang ayo dong jujur saja abang
Bang nanti HP ini kubuang



Pembaca yang budiman, tiap kali kudengar lirik lagu di atas, hatiku rasanya seperti disayat-sayat. Mungkin sebagian orang akan senang mendengar lirik lagu yang berjudul SMS itu. Tapi berbeda dengan aku. Rasanya aku ingin marah, ingin berlari sekencang-kencangnya dan teriak sekeras-kerasnya agar tidak mendengar lagu itu lagi. Lagu itu sama persis dengan kisah yang kualami. Ada wanita lain dalam rumah tanggaku yang telah membutakan mata hati suamiku.

Semua ini bermula dari perbedaan penghasilan antara aku dan suamiku. Mas Rio yang bekerja di sebuah perusahaan swasta ternama, namun memiliki penghasilan per bulan jauh berbeda bila dibandingkan denganku. Meski begitu, aku tak pernah meremehkan gaji suamiku yang jauh lebih kecil. Aku sama sekali tak pernah mempersoalkan hal itu. Aku tetap menjalankan tugasku sebagai istri dan ibu dari anak-anakku.
Sadar dengan keadaan ekonomi keluarga yang pas-pasan, tahun 2004 suamiku berusaha mencari penghasilan tambahan dengan menjadi seorang makelar. Awalnya aku sangat bangga dengan sikap suamiku yang mau bekerja keras mencari tambahan uang untuk menghidupi keluarga. Namun ada satu hal yang menjadi ganjalan di hatiku, saya merasa mas Rio bekerja tak ada hasilnya. Sebagai istri yang baik, aku diam saja dan tetap berusaha memberi dukungan bagi suamiku, meski aku tak pernah merasakan hasil kerja tambahannya.

Suamiku selalu pergi selepas pulang kerja hingga larut malam. Begitu terus setiap harinya. Namun sejak tahun 2005, ia mulai tidak pulang ke rumah. Pertama, sehari ia tidak pulang. Lama-lama tiga empat hari sekali ia baru pulang. Ketika kutanya kemana perginya, ia tak pernah menjawab dengan jelas. Padahal ia tidak pernah pamit denganku untuk menginap. Ia hanya mengatakan mau mengurus ini itu, cari barang, dan sebagainya. Aku heran, mengapa tidak ada pemasukan sama sekali dari usaha yang dilakoninya. Justru aku sering dimintai uang tiap kali ia mau pergi. Alasannya untuk uang bensin, uang saku dan beli peralatan. Lama-lama memang tekor juga. Namun aku masih tetap berpikir demi suami aku rela melakukan apa saja.

Hingga pertengahan 2006, ia sering jarang pulang ke rumah. Tapi anehnya, setiap kali meninggalkan rumah, ia tidak pernah membawa baju ganti. Dan kalau pulang, baju yang menempel di badannya masih sama dengan saat ia meninggalkan rumah. Tiap kutelpon pun selalu tidak pernah aktif. Terkadang aku sampai bingung harus menghubungi kemana kalau anak kami sakit.

Ia pun jadi sering absen masuk kantor, sehingga perusahaan menilai kinerjanya menurun. Hingga akhirnya pihak kantor pun mengirim surat peringatan. Namun itu tak membuat suamiku jera. Karena tak pernah masuk kerja akhirnya ia dimutasikan ke bagian lain. Namun ia menganggap aku yang melapor ke kantor hingga akhirnya ia dimutasi. Ia pun lantas memutuskan keluar dari kantor tanpa pemberitahuan apapun.
Suatu saat, aku menemukan sms dari seorang wanita. Sebut saja namanya Raia. Raia memanggil suamiku dengan sebutan papa, begitu juga dengan suamiku. Ia memanggil Raya dengan sebutan mama. Saat kutanya, ia hanya menjawab "Kamu kok buka-buka hpku". Sejak kejadian itu sikapnya berubah 180 derajat. Baik denganku maupun dengan anak-anak.
Padahal sebelum kepergok sikapnya ke aku masih seperti biasa. Kini suamiku jadi lebih pemarah. Dalam berhubungan suami istri pun semua jadi ikut berubah.
Kemudian aku mencoba bercerita tentang masalah kami kepada kedua orang tuanya. Di depan orang tuanya ia beralasan itu hanya sms orang iseng atau sms nyasar. Sama persis dengan lirik lagu sms. Jujur, hati saya sakit sekali. Saya merasa dibohongi, dikhianati. Apa kekuranganku sebagai istri sampai ia tega. Pernah suatu saat ia bolos kerja dan meminta dicarikan surat keterangan dokter.

Demi suami, saya rela mencarikan, meski hati ini sakit dan tak tahu dimana ia berada. Pembaca, lantas apa kurangku sebagai istri? Semua sudah kulakukan demi dia. Hati ini seperti dirajam. Sudah harus berperan ganda sebagai kepala rumah tangga, suamiku justru selingkuh dengan wanita lain. Sejak kenal dengan wanita itu ia berubah drastis. Tak mau membantu keuangan keluarga sama sekali.
Pernah suatu kali putri sulungku pernah membaca sms dari Raia.

Ia mencoba mengingatkan agar tak mengganggu rumah tanggaku lagi. Namun sms putriku tak dibalas. Aku pun juga pernah mencoba memperingatkan Raia baik melalui telpon maupun sms. Namun tiap kali kutelpon selalu dimatikan. Yang paling menyakitkan, ia membalas smsku dengan perkataan "Barangmu sudah busuk, sudah nenek-nenek. Suamimu sudah nggak suka sama kamu lagi".

Aku mencoba berusaha untuk mengetahui siapa Raia sebenarnya. bagai disambar petir, ternyata Raia hanyalah seorang pelacur di kawasan pinggiran kota S. Suami Raia datang ke rumah dan melaporkan perselingkuhan istrinya dengan mas Rio. Bayangkan betapa hancurnya hati ini ketika tahu bahwa suamiku berselingkuh dengan seorang pelacur. Apalagi kalau melihat fotonya, paras Raia tak ubahnya seperti pembantu. Sama sekali tak ada garis kecantikan di wajahnya.

Namun yang membuat aku heran, kok Raia mau dengan suamiku yang tak berpenghasilan. Padahal kalau dipikir-pikir perempuan mana yang mau dengan laki-laki berkantong tipis. Yang membuat aku keget, mereka bahkan berencana akan menikah dan mengasuh anak-anakku. Aku tak sudi. Aku tak rela anak-anakku diasuh oleh pelacur, diberi makan uang haram.

Sebenarnya aku ikhlas menerima semua cobaan ini. Kalau memang dengan mas Rio keluar dari kantor dan aku harus menanggung semua beban ekonomi keluargaku adalah jalan dari Allah untuk membuat ia sadar, aku terima. Namun aku sendiri bimbang menentukan langkah mana yang harus kupilih. Jika mengingat kelakuan mas Rio dan Raia yang sudah kelewatan, rasanya aku ingin meninggalkan suamiku. Namun bila mengingat anak-anakku, demi mereka sampai kapan pun aku akan tetap mempertahankan biduk perkawinan yang sudah kujalani selama enam belas tahun.
Apa yang harus kulakukan agar mas Rio mau kembali? Tuhan, tolong sadarkan suamiku agar ia mau kembali lagi kepadaku dan anak anak
Read More..

TUHAN, SADARKAN SUAMIKU

TUB>TUHAN, SADARKAN SUAMIKU


Bang SMS siapa ini Bang
Bang pesannya pake sayang-sayang
Bang ayo dong jujur saja abang
Bang nanti HP ini kubuang


Pembaca yang budiman, tiap kali kudengar lirik lagu di atas, hatiku rasanya seperti disayat-sayat. Mungkin sebagian orang akan senang mendengar lirik lagu yang berjudul SMS itu. Tapi berbeda dengan aku. Rasanya aku ingin marah, ingin berlari sekencang-kencangnya dan teriak sekeras-kerasnya agar tidak mendengar lagu itu lagi. Lagu itu sama persis dengan kisah yang kualami. Ada wanita lain dalam rumah tanggaku yang telah membutakan mata hati suamiku.
Semua ini bermula dari perbedaan penghasilan antara aku dan suamiku. Mas Rio yang bekerja di sebuah perusahaan swasta ternama, namun memiliki penghasilan per bulan jauh berbeda bila dibandingkan denganku. Meski begitu, aku tak pernah meremehkan gaji suamiku yang jauh lebih kecil. Aku sama sekali tak pernah mempersoalkan hal itu. Aku tetap menjalankan tugasku sebagai istri dan ibu dari anak-anakku.
Sadar dengan keadaan ekonomi keluarga yang pas-pasan, tahun 2004 suamiku berusaha mencari penghasilan tambahan dengan menjadi seorang makelar. Awalnya aku sangat bangga dengan sikap suamiku yang mau bekerja keras mencari tambahan uang untuk menghidupi keluarga. Namun ada satu hal yang menjadi ganjalan di hatiku, saya merasa mas Rio bekerja tak ada hasilnya. Sebagai istri yang baik, aku diam saja dan tetap berusaha memberi dukungan bagi suamiku, meski aku tak pernah merasakan hasil kerja tambahannya.
Suamiku selalu pergi selepas pulang kerja hingga larut malam. Begitu terus setiap harinya. Namun sejak tahun 2005, ia mulai tidak pulang ke rumah. Pertama, sehari ia tidak pulang. Lama-lama tiga empat hari sekali ia baru pulang. Ketika kutanya kemana perginya, ia tak pernah menjawab dengan jelas. Padahal ia tidak pernah pamit denganku untuk menginap. Ia hanya mengatakan mau mengurus ini itu, cari barang, dan sebagainya. Aku heran, mengapa tidak ada pemasukan sama sekali dari usaha yang dilakoninya. Justru aku sering dimintai uang tiap kali ia mau pergi. Alasannya untuk uang bensin, uang saku dan beli peralatan. Lama-lama memang tekor juga. Namun aku masih tetap berpikir demi suami aku rela melakukan apa saja.
Hingga pertengahan 2006, ia sering jarang pulang ke rumah. Tapi anehnya, setiap kali meninggalkan rumah, ia tidak pernah membawa baju ganti. Dan kalau pulang, baju yang menempel di badannya masih sama dengan saat ia meninggalkan rumah. Tiap kutelpon pun selalu tidak pernah aktif. Terkadang aku sampai bingung harus menghubungi kemana kalau anak kami sakit.
Ia pun jadi sering absen masuk kantor, sehingga perusahaan menilai kinerjanya menurun. Hingga akhirnya pihak kantor pun mengirim surat peringatan. Namun itu tak membuat suamiku jera. Karena tak pernah masuk kerja akhirnya ia dimutasikan ke bagian lain. Namun ia menganggap aku yang melapor ke kantor hingga akhirnya ia dimutasi. Ia pun lantas memutuskan keluar dari kantor tanpa pemberitahuan apapun.
Suatu saat, aku menemukan sms dari seorang wanita. Sebut saja namanya Raia. Raia memanggil suamiku dengan sebutan papa, begitu juga dengan suamiku. Ia memanggil Raya dengan sebutan mama. Saat kutanya, ia hanya menjawab "Kamu kok buka-buka hpku". Sejak kejadian itu sikapnya berubah 180 derajat. Baik denganku maupun dengan anak-anak. Padahal sebelum kepergok sikapnya ke aku masih seperti biasa. Kini suamiku jadi lebih pemarah. Dalam berhubungan suami istri pun semua jadi ikut berubah.
Kemudian aku mencoba bercerita tentang masalah kami kepada kedua orang tuanya. Di depan orang tuanya ia beralasan itu hanya sms orang iseng atau sms nyasar. Sama persis dengan lirik lagu sms. Jujur, hati saya sakit sekali. Saya merasa dibohongi, dikhianati. Apa kekuranganku sebagai istri sampai ia tega. Pernah suatu saat ia bolos kerja dan meminta dicarikan surat keterangan dokter. Demi suami, saya rela mencarikan, meski hati ini sakit dan tak tahu dimana ia berada. Pembaca, lantas apa kurangku sebagai istri? Semua sudah kulakukan demi dia. Hati ini seperti dirajam. Sudah harus berperan ganda sebagai kepala rumah tangga, suamiku justru selingkuh dengan wanita lain. Sejak kenal dengan wanita itu ia berubah drastis. Tak mau membantu keuangan keluarga sama sekali.
Pernah suatu kali putri sulungku pernah membaca sms dari Raia. Ia mencoba mengingatkan agar tak mengganggu rumah tanggaku lagi. Namun sms putriku tak dibalas. Aku pun juga pernah mencoba memperingatkan Raia baik melalui telpon maupun sms. Namun tiap kali kutelpon selalu dimatikan. Yang paling menyakitkan, ia membalas smsku dengan perkataan "Barangmu sudah busuk, sudah nenek-nenek. Suamimu sudah nggak suka sama kamu lagi".
Aku mencoba berusaha untuk mengetahui siapa Raia sebenarnya. bagai disambar petir, ternyata Raia hanyalah seorang pelacur di kawasan pinggiran kota S. Suami Raia datang ke rumah dan melaporkan perselingkuhan istrinya dengan mas Rio. Bayangkan betapa hancurnya hati ini ketika tahu bahwa suamiku berselingkuh dengan seorang pelacur. Apalagi kalau melihat fotonya, paras Raia tak ubahnya seperti pembantu. Sama sekali tak ada garis kecantikan di wajahnya.
Namun yang membuat aku heran, kok Raia mau dengan suamiku yang tak berpenghasilan. Padahal kalau dipikir-pikir perempuan mana yang mau dengan laki-laki berkantong tipis. Yang membuat aku keget, mereka bahkan berencana akan menikah dan mengasuh anak-anakku. Aku tak sudi. Aku tak rela anak-anakku diasuh oleh pelacur, diberi makan uang haram.
Sebenarnya aku ikhlas menerima semua cobaan ini. Kalau memang dengan mas Rio keluar dari kantor dan aku harus menanggung semua beban ekonomi keluargaku adalah jalan dari Allah untuk membuat ia sadar, aku terima. Namun aku sendiri bimbang menentukan langkah mana yang harus kupilih. Jika mengingat kelakuan mas Rio dan Raia yang sudah kelewatan, rasanya aku ingin meninggalkan suamiku. Namun bila mengingat anak-anakku, demi mereka sampai kapan pun aku akan tetap mempertahankan biduk perkawinan yang sudah kujalani selama enam belas tahun. Apa yang harus kulakukan agar mas Rio mau kembali? Tuhan, tolong sadarkan suamiku agar ia mau kembali lagi kepadaku dan anak anak



Read More..

Free chat widget @ ShoutMix
visitor stats

blogger tracker
Click Here