ClickBlog.org SITUS BERITA BLOGER CEWEK RAMADITYA/TUNA NETRA CANGGIH epaper TUTORIAL BLOGER NEWS Buku Sekolah Elektronik CCTV JAKARTA JURAGAN PULSA BURSA KERJA PEMKOT SEMARANG Martin Dougiamas Moodle E-Learning Download music Tabloid keluarga BISNIS ONLINE TERMURAH Make Money With PerformancingAds

Friday 2 November 2007

BETAH DI SEMARANG

Kebahagiaan itu ada di Semarang
Pemeo 'uang tak bisa membeli kebahagiaan' ternyata tidak sepenuhnya benar. Survei Indonesian Happiness Index (IHI) 2007 mengungkapkan kalau status sosial ekonomi atau tingkat pendapatan menjadi salah satu faktor penting untuk meraih kebahagiaan.
Hasil survei Frontier Consulting Group tentang IHI yang merupakan indikator mengenai tingkat kebahagiaan masyarakat Indonesia mendapatkan temuan menarik. Dari semua faktor yang menentukan kebahagiaan orang Indonesia , ada dua faktor yang memberi pengaruh paling kuat, yaitu status sosial ekonomi dan pendidikan.
Artinya, kata Chairman of Frontier Consulting Group Handi Irawan, orang yang memiliki tingkat sosial ekonomi tinggi atau pendapatan tinggi dan juga pendidikan lebih baik memiliki kemungkinan lebih besar menjadi orang yang bahagia.
Faktor lain yang penting untuk meraih kebahagiaan adalah masalah religius. Orang yang lebih dekat dengan Tuhan hidupnya akan lebih berbahagia daripada orang yang tidak taat agama.
Survei ini dilakukan Frontier pada Juni 2007 yang melibatkan 1.800 responden di enam kota besar di Indonesia, yaitu Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Makassar.
Kriteria responden dalam penelitian ini adalah pria atau wanita berusia antara 15 tahun hingga 65 tahun dengan status ekonomi kelas E hingga A. Status ekonomi kelas E menggambarkan kaum buruh dengan pendapatan di level upah minimum regional (UMR), sedangkan kelas A mewakili golongan berpenghasilan besar.
Metode pengambilan sampel yang dilakukan secara acak ini menghasilkan IHI dengan skor sebesar 47,96 dari skala 100. Hal ini menunjukkan kalau jumlah orang Indonesia yang tidak berbahagia lebih banyak daripada yang berbahagia.
Pengukuran indeks kebahagiaan ini dibagi berdasarkan enam kota besar. Kota dengan tingkat kebahagiaan tertinggi adalah Semarang dengan IHI 48,75, diikuti Makasar (47,95), Bandung (47,88), Surabaya (47,19), Jakarta (46,20), dan Medan dengan IHI 46,12.
Lebih stres
Kalau dari segi kota domisili, menurut survei itu, mudah diduga, bila kota yang penduduknya lebih tidak bahagia adalah Jakarta .
"Jadi salah kalau mencari kebahagiaan di Jakarta . Orang di Jakarta itu lebih stres dan hidupnya lebih keras dibandingkan dengan Semarang yang rileks, meski status sosial ekonominya lebih rendah dari Jakarta ," ujarnya.
Meski tingkat penghasilan memberi kontribusi besar untuk menjadi bahagia, tetapi penghasilan orang Semarang yang lebih rendah dari orang Jakarta itu bisa dikompensasi dengan sikapnya yang tidak ambisius, mensyukuri hidup dan bisa menikmati hidup.
Karena itu, orang Semarang lebih berbahagia dari orang Jakarta , walaupun rata-rata tidak sekaya orang Jakarta . Temuan menarik lain dari survei ini adalah Medan . Penduduk di Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara ini paling tidak bahagia dibandingkan lima kota lain yang disurvei Frontier.
Handi berpendapat ketidakbahagiaan orang Medan ini akibat kehidupannya yang keras dan orang-orangnya ambisius.
Survei juga membuktikan bahwa pria sedikit lebih berbahagia dibandingkan wanita. IHI pria adalah 48,12, sedangkan IHI wanita 47,91.
Umur juga memengaruhi tingkat kebahagiaan. Semakin tua umur seseorang, akan semakin bahagia. Kelompok usia yang paling berbahagia adalah usia 41 tahun-50 tahun.
Life begins at forty (hidup dimulai dari usia 40 tahun) barangkali ada benarnya. Di usia tersebut, seseorang mungkin merasa telah memiliki karier yang mapan, bisa menikmati kebahagiaan dalam berkeluarga dan bisa mengendalikan ambisinya.
Usia 21 tahun-30 tahun merupakan kelompok usia yang paling tidak bahagia. Di usia ini biasanya masih resah dengan masa depan karier ataupun kehidupan pribadinya.
Bagaimana dengan tingkat pendidikan? Survei membuktikan kalau semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin besar tingkat kebahagiaannya. Kelompok dengan pendidikan sarjana (S1, S2 dan S3) adalah kelompok paling berbahagia.
Orang berpendidikan tinggi lebih berbahagia karena dia memiliki kebanggaan dalam hidupnya. Sehingga, mereka lebih berbahagia daripada yang hidupnya tak punya kebanggaan diri atau minder.
Dari kelompok pekerjaan, yang paling berbahagia adalah mereka yang bekerja sebagai profesional, diikuti oleh level manajer, TNI/ABRI, pegawai tingkat staf, pengusaha UKM, pensiunan, pelajar, pegawai kasar dan buruh. Yang mengejutkan, pekerjaan yang paling tidak membahagiakan adalah pimpinan perusahaan (jajaran direksi).
Tujuan utama eksistensi manusia di muka bumi ini, seperti kata Filosof Aristoteles adalah mencari kebahagiaan. Kalau mengacu pada survei ini, pemerintah yang mampu memperbaiki ekonomi rakyat dan pendidikan pasti akan membuat rakyatnya berbahagia.
Di sisi lain, secara spiritual, rakyat yang makmur dan memiliki pendidikan lebih baik berpeluang memiliki kualitas ketaatan kepada Tuhan yang lebih baik dibandingkan rakyat yang perutnya lapar dan bodoh. (suli.murwani@ XXX.co. id) Read More..

Free chat widget @ ShoutMix
visitor stats

blogger tracker
Click Here